Guru BK Apa Sih Kerjanya?

Pasti banyak diantara kita yang bingung atau tidak tau sama sekali tentang fungsi Guru BK di sekolah. Banyak yang beranggapan Guru BK adalah Polisi Sekolah sehingga begitu mendengar Guru BK Siswa Pasti akan takut. Jadi Apa sih kerja Guru Bk yang sebenarnya, Mari kita simak berikut ini.

Kesalahan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Banyak yang belum sadar mengenai kesalahan-kesalahan penyelenggaraan BK di sekolah, yang tentunya mempengaruhi efektifitas layanan BK yang diberikan kepada siswa. Apa sajakah kesalahan-kesalahan yang biasa ditemukan pada penyelenggaraan BK di sekolah?? Mari kita bahas...

Bingung Memilih Antara SMU atau SMK?

Mau pilih yang mana ya, bingung nih kebanyakan brosur! Kalimat yang dilontarkan oleh siswa SMP ucapkan usai Ujian Nasional karena banyaknya brosur yang mereka dapat, belum lagi jika kemauan orang tua dengan kamu berbeda. Mari Kita Simak ...

BK Komprehensif

Kali ini kami akan membahas tentang BK komprehensif, apasih BK Konprehensif itu? Mari kita simak bersama Ulasan Berikut ini....

Bongkar Kepribadian Seseorang Dari Fotonya di Jejaring Sosial

Siapa yang tidak suka berselfie atau foto bareng temen-temen, lalu mengupload ke jejaring sosial? Pastinya kita semua sering melakukannya. Kali ini kami akan membahas tentang Bagaimana kepribadian seseorang dari foto di jejaring sosial. langsung saja kita simak berikut ini....

Rabu, 08 Juni 2016

Menumbuhkan Motivasi Berprestasi (RPL Motivasi Berprestasi)


Siapa sih yang gak mau berprestasi? apalagi sampai mengharumkan nama Sekolah
dan membuat bangga kedua Orang Tua.
Nah kali ini kami akan membahas tentang MOTIVASI BERPRESTASI, bagaimana menumbuhkan Motivasi pada diri untuk berprestasi.
Mari Kita Simak berikut ini....
  

A.  PENGERTIAN MOTIVASI
 
      Motif berasal dari bahasa latin yaitu movere yang artinya bergerak. Motif yangdiistilahkan needs adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan (Ahmadi,1999).Perilaku manusia senantiasa dilatarbelakangi motif dan motivasi. Beragamnya motifdan motivasi mewarnai kehidupan manusia, misalnya makan karena lapar, ingin mendapat kasih sayang, ingin diterima lingkungan dan sebagainya (Ahmadi, 1998).Pendapat para ahli dalam literatur yang dibaca oleh penulis, bahwa pengertian motif dan motivasi hampir sama dan tidak ditemukan perbedaan arti yang mendasar. Maksud dan pengertiannya sama, hanya berbeda dalam memformulasikan kalimat pada motif dan kalimat pada motivasi saja. Sedangkan arti yang terkandung dalam motif dan motivasi sebenarnya memiliki persamaan. Oleh karena itu dalam penjelasan berikutnya pada tulisan ini tidak dibedakan antara motif dan motivasi.

Ahmadi (1998)menjelaskan lebih lanjut, bahwa motivasi adalah suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat. Motivasi menurut Winkel (1997) adalah sebagai daya penggerak dari dalam diri individu dengan maksud mencapai kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu. Chaplin (1999) mendefinisikan motivasi sebagai variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran.
Murray (dalam Chaplin, 1999) juga mengemukakan pendapatnya sendiri mengenai motivasi. Ia menyebutkan motivasi sebagai motif untuk mengatasi rintangan-rintangan atau berusaha melaksanakan sebaik dan secepat mungkin pekerjaan-pekerjaan yang sulit. Walgito (2002) menyatakan motivasi merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat dan dorongan ini biasanya tertuju pada suatu tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, Suryabrata (2000) menyatakan motivasi suatu keadaan dalam diri individu yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.
 
McClelland (1987) mendefinisikan motivasi sebagai suatu kebutuhan yang bersifat sosial, kebutuhan yang muncul akibat pengaruh eksternal. Ia kemudian membagi kebutuhan tersebut menjadi tiga, yaitu :
a.    Kebutuhan Berkuasa (Need for Power)
b.    Kebutuhan Berprestasi (Need for Achievement)
c.    Kebutuhan Berteman (Need for Affiliation)
 
Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan pengertian dari motivasi yaitu suatu dorongan dalam diri individu karena adanya suatu rangsangan baik dari dalam maupun dari luar untuk memenuhi kebutuhan individu dan tercapainya tujuan individu. Jadi individu akan bertingkah laku tertentu dikarenakan adanya motif dan adanya rangsangan untuk memenuhi kebutuhan serta mendapatkan tujuan yang diinginkan. Berarti motivasi berkaitan dengan dorongan-dorongan dan kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan untuk berbuat sesuatu karena ada rangsang atau stimulus yang tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan individu.
     
   B.  MOTIVASI BERPRESTASI
 
Motivasi berprestasi pertama kali diperkenalkan oleh Murray (dalam Martaniah, 1998) yang diistilahkan dengan need for achievement dan dipopulerkan oleh Mc Clelland (1961) dengan sebutan “n-ach”, yang beranggapan bahwa motif berprestasi merupakan virus mental sebab merupakan pikiran yang berhubungan dengan cara melakukan kegiatan dengan lebih baik daripada cara yang pernah dilakukan sebelumnya. Jika sudah terjangkit virus ini mengakibatkan perilaku individu menjadi lebih aktif dan individu menjadi lebih giat dalam melakukan kegiatan untuk mencapai prestasi yang lebih baik dari sebelumnya. Individu yang menunjukkan motivasi berprestasi menurut Mc.Clelland adalah mereka yang task oriented dan siap menerima tugas-tugas yang menantang dan kerap mengevaluasi tugas-tugasnya dengan beberapa cara, yaitu membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau dengan standard tertentu (McClelland, dalam Morgan 1986). Selain itu mcClelland juga mengartikan motivasi berprestasi sebagai standard of exellence yaitu kecenderungan individu untuk mencapai prestasi secara optimal (McClelland,1987).
 
Selanjutnya menurut Haditono (Kumalasari, 2006), motivasi berprestasi adalah kecenderungan untuk meraih prestasi dalam hubungan dengan nilai standar keunggulan. Motivasi berprestasi ini membuat prestasi sebagai sasaran itu sendiri. Individu yang dimotivasi untuk prestasi tidak menolak penghargaan itu, tidak sungguh-sungguh merasa senang jika dalam persaingan yang berat ia berhasil memenangkannya dengan jerih payah setelah mencapai standar yang ditentukan. Individu yang mempunyai dorongan berprestasi tinggi umumnya suka menciptakan risiko yang lunak yang bisa memerlukan cukup banyak kekaguman dan harapan akan hasil yang berharga, keterampilan dan ketetapan hatinya yang menunjukkan suatu kemungkinan yang masuk akal daripada hasil yang dicapai dari keuntungan semata. Jika memulai suatu pekerjaan, individu yang mempunyai dorongan prestasi tinggi ingin mengetahui bagaimana pekerjaannya, ia lebih menyukai aktivitas yang memberikan umpan balik yang cepat dan tepat.
 
Menurut Herman (Linda, 2004) motivasi berprestasi ini sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena motif berprestasi akan mendorong seseorang untuk mengatasi tantangan atau rintangan dan memecahkan masalah seseorang, bersaing secara sehat, serta akan berpengaruh pada prestasi kerja seseorang. Atkinson (Martaniah, 1998) mengatakan bahwa motivasi berprestasi dalam perilaku individu mengandung dua kecenderungan perilaku, yaitu :
a.    Individu yang cenderung mengejar atau mendekati kesuksesan
b.    Individu yang berusaha untuk menghindari kegagalan.
       C.  CIRI-CIRI INDIVIDU YANG MEMILIKI MOTIVASI BERPRESTASI
       
     Menurut McClelland (dalam Morgan, 1986) ciri-ciri individu yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi adalah :
    
   1.     Menyukai tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang/menengah. Individu yang memilikimotivasi berprestasi tinggi lebih menyukai tugas yang memiliki taraf kesukaran sedang namun menjanjikan kesuksesan. Rohwer (dalam Robbins,2001) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha mencoba setiap tugas yang menantang dan sulit tetapi mampu untuk diselesaikan, sedangkan orang yang tidak memiliki motivasi berprestasi tinggi akan enggan melakukannya. Robbins (2001) menambahkan bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menyukai tugas-tugas yang menantang serta berani mengambil resiko yang diperhitungkan (calculated risk) untuk mencapai suatu sasaran yang telah ditentukan. Spence (dalam Morgan, 1986) menambahkan, mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki task oriented dan selalu mempersiapkan diri terhadap tugas-tugas yang menantang.
 
    2.    Suka menerima umpan balik (suka membandingkan kinerja dengan orang lain). Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mengharapkan umpan balik dengan cara membandingkan performansinya dengan orang lain atau suatu standarisasi tertentu (Spence dalam Morgan, 1986). Penetapan standard keberhasilan merupakan motif ekstrinsik yang bukan dari dalam dirinya, namun ditetapkan dari orang lain. Seseorang terdorong untuk berusaha mencapai standard yang ditetapkan oleh orang lain karena takut kalah dari orang lain (Rohwer dalam Robbins, 2001). Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi kerap mengharapkan umpan balik dan membandingkan hasil kerjanya dengan hasil kerja orang lain dengan suatu ukuran keunggulan yaitu perbandingan dengan prestasi orang lain atau standard tertentu (McClelland dalam Morgan 1986).
 
    3.    Tekun dan gigih terhadap tugas yang berkaitan dengan kemajuannya. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan memiliki kinerja yang baik, aktif berproduktivitas, serta tekun dalam bekerja. Dengan adanya motivasi berprestasi karyawan akan memiliki sifat-sifat seperti selalu berusaha mencapai prestasi sebaikbaiknya dengan selalu tekun dalam menjalankan tugas (Martaniah, 1998). Atkinson (Linda,2004) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki motivasi berprestasi adalah sebagai berikut :
a.    Free Choise, adalah bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menyukai aktivitas-aktivitas atas keberhasilannya sehingga selalu berusaha untuk meningkatkan segala kemungkinan untuk berprestasi oleh karena kemampuan pengalaman keberhasilannya yang lebih banyak sehingga kendati mengalami kagagalan masih tetap tersirat untuk berhasil.
b.    Persistence Behaviour, adalah suatu anggapan individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menganggap bahwa kegagalan adalah sebagai akibat kurangnya usaha, oleh sebab itu harapan dan usaha untuk berhasil selalu tinggi.
c.    Intensity of performance,adalah suatu intensitas dalam penampilan kerja, artinya individu yang motivasi berprestasinya tinggi selalu berpenampilan suka kerja keras dibandingkan seseorang yang motivasi berprestasinya rendah.
d.    Risk preference, adalah suatu pertimbangan memilih risiko yang sedang artinya tidak mudah dan tidak juga sukar.
 
Menurut Herman dalam Martaniah (1998) ciri-ciri yang menonjol untuk memilih motivasi berprestasi berprestasi tinggi antara lain :
a. Mempunyai inspirasi yang tingkatannya sedang, hal ini terjadi karena individu tersebut memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi sehingga individu tersebut tidak ingin melakukan sesuatu yang berbeda diluar jangkauannya atau tidak ingin membuang waktu yang banyak untuk mengerjakan sesuatu diluar kemampuan dirinya.
b.    Memiliki tugas yang memiliki risiko yang sedang daripada yang tinggi.
c.    Persperktif waktunya berorientasi kedepan.
d.    Mempunyai keuletan dalam melakukan tugas yang belum selesai.
e.    Mempunyai dorongan untuk melakukan tugas yang belum selesai.
f.    Memiliki pasangan kerja atas dasar kemampuannya.
g.    Usaha yang dilakukannya sangat menonjol.

       Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mempunyai ciri-ciri antara lain, memiliki rasa percaya diri yang besar, berorientasi kemasa depan, suka pada tugas yang memiliki tingkat kesulitan sedang, tidak membuang-buang waktu, memilih teman yang berkemampuan baik dan tangguh dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
 
Heckhausen (Monks dan Haditono,1999) mengatakan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah memiliki perbedaan. Adapun ciri-ciri individu yang motivasi berprestasi rendah adalah :
1.     Orientasi pada masa lampau.
2.    Memiliki tugas yang sukar dan tidak sesuai dengan kemampuannya.
3.    Tidak mempunyai kepercayaan dalam meghadapi tugas, adanya rasa pesimis yang dimiliki.
4.    Menganggap keberhasilan suatu nasib mujur.
5. Cenderung mengambil pekerjaan tingkat resiko lemah, sehingga keberhasilan akan mudah dicapai.
6.    Suka bermalas-malasan serta melakukan dengan cara yang baru.
7.    Tidak menyenangi pekerjaan yang menuntut tanggung jawab dan merasa puas sebatas prestasi yang dicapai.
8.    Tidak mencari umpan balik dari perbuatannyajika melakukan pekerjaan yang tidak diinginkan.

       Atkinson (Linda,2004) mengatakan bahwa ciri-ciri individu yang tidak memiliki motivasi berprestasi antara lain :
a)    Individu termotivasi oleh ketakutan akan kegagalan.
b)   Lebih senang menghindari kegagalan.
c)    Senang melakukan tugas-tugas yang mempunyai taraf-taraf kesulitan yang rendah.
d)   Individu senang menghindari kegagalan dan akan menunjukkan performance terbaik pada tugas-tugas dengan kesulitan yang rendah.

        Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah memiliki ciri-ciri antara lain, bersikap pesimis, orientasi pada masa lampau, menganggap keberhasilan sebagai nasib mujur, menghindari kegagalan, suka memakai cara yang lama, tidak menyenangi pekerjaan pekerjaan yang menuntut tanggung jawab serta tidak berusaha untuk mencari umpan balik dari pekerjaannya.
 
     D.   Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi
 
Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada seseorang. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
a.    Kemampuan Intelektual
Menurut Gebhart dan Hoyt (Linda, 2004) dengan kelompok kemampuan intelektual yang tinggi ternyata menonjol dalam achievement, exhibition, autonomy dan dominance, sedangkan dengan kelompok kemampuan intelektual rendah ternyata menonjol dalam order, abasement, dan nurturance.
b.    Tingkat Pendidikan Orang tua
Sadli (Linda,2004) menyatakan cara ibu mengasuh anak dapat menimbulkan motivasi berprestasi yang tinggi dan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan karena ibu yang berpendidikan tinggi akan mempunyai aspirasi dan motivasi untuk mendorong anak agar berprestasi setinggi-tingginya.
c.    Jenis Kelamin
Adi Subroto, Watson, Lingren, Martaniah (Linda, 2004) menemukan adanya perbedaan motivasi berprestasi antara pria dan wanita, pria mempunyai motivasi berprestasi yang lebih tinggi daripada wanita.
d.    Pola Asuh
Dari penelitian didapat bahwa motivasi berprestasi terbentuk sejak masa kanak-kanak dan dipengaruhi oleh cara ibu mengasuh anaknya (Suroso dalam Linda, 2004).
 
Selain itu hal-hal yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi adalah :
1.     Pendidikan
Soemanto dan Setianingsih (Hurlock,1981) mengatakan bahwa pendidikan adalah pengalaman yang memberikan pengertian perubahan terhadap suatu objek yang menyebabkan berkembangnya kecakapan seseorang dalam membentuk sikap tingkah lakunya. Soemanto (1984) dan Setianingsih (1986) menggambarkan pendidikan formal seperti TK,SD sederajat,SLTA sederajat dan perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan informal diperoleh dalam keluarga dan kehidupan berkelompok. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai maka akan semakin besar juga untuk menerima pandangan dan wawasan baru.
 
2.    Lama Kerja
Menurut Ranupandojo (Linda,2004), lama kerja adalah banyaknya waktu yang menyatakan bahwa seseorang telah menjadi karyawam pada suatu perusahaan dan faktor penting yang dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan sehingga dapat menguasai pekerjaan dengan lebih baik.
 
3.    Lingkungan
Tantangan yang ada dalam suatu lingkungan akan menetukan tinggi rendahnya dorongan berprestasi individu. Seandainya tantangan yang ada dalam lingkungan itu sedang-sedang saja maka motivasi berprestasi individu tersebut akan tinggi. Namun jika tantangan itu terlalu besar atau terlalu kecil maka motivasi berprestasinya akan berkurang (Mc Clelland dalm Linda, 2004).
 
4.    Keluarga
Cara mengasuh anak dan pelatihan yang diberikan kepada anak-anak untuk dapat berdiri diatas kaki mereka sendiri (mandiri) serta agar dapat menguasai keterampilan atau keahlian tertentu dalam usia dini dan tidak ada penolakan dalam diri anak. Orang tua yang memiliki standar kualitas tinggi menganjurkan anak-anaknya akan meningkatkan motivasi berprestasi yang tinggi pada anak (Mc Clelland, 2004).
 
5.    Pengaruh yang Berasal dari Dalam Diri Individu
Menurut Harisson (Linda, 2004), yaitu ada kemampuan dalam mempersiapkan diri secara bersungguh-seungguh untuk bekerja juga bersedia menerima dan mencoba pekerjaan untuk memperoleh pengalaman kerja. Menghindari dari pola pemuasan kesukaran untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai tujuan yang mengandung arti bersedia berkorban untuk mencapai tujuan. Motivasi berprestasi yang terjadi pada masa anak-anak tidak hanya ditentukan oleh orang tua saja, tetapi juga dapat berubah karena proses pendidikan, latihan-latihan dan adanya faktor kematangan dan proses belajar pada masa selanjutnya (Mc Clelland dalam Martaniah, 1984).

     Motivasi berprestasi merupakan suatu hal yang dipelajari, oleh karena itu pembentukannya sangat ditentukan oleh faktor lingkungan terutama keluarga sebagai lingkungan terdekat. Selain itu karena terbentuk dari lingkungan maka kebutuhan berprestasi bisa berubah sejalan dengan perkembangan yang dialami individu yaitu melalui latihan, pendidikan, kematangan dan proses belajar. Locke (Kumalasari, 2006) menjelaskan bahwa pengalaman atau kematangan, wawasan diri dan usia individu berpengaruh terhadap motivasi berprestasi individu. Kemudian Mc Clelland (1961) yang mengemukakan bahwa ada enam aspek motivasi berprestasi pada diri individu, yaitu :
a.    Bertanggungjawab dan kurang suka mendapat bantuan orang lain.
b.    Mencapai prestasi dengan sebaik-baiknya.
c.    Ingin hasil yang konkrit dari usahanya.
d.    Memperhitungkan kemampuan diri dengan resiko sedang.
e.    Tidak senang membuang-buang waktu serta gigih.
f.    Memiliki antisipasi yang berorientasi kedepan.
 
       Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa motif berprestasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan, masa kerja, lingkungan dan keluarga, disamping faktor yang berasal dari dalam diri individu yaitu kemampuan diri, adanya kemampuan besar untuk mandiri serta bersedia berkorban untuk mencapai tujuannya. Kemudian ada beberapa aspek kebutuhan berprestasi dalam diri individu yaitu bertanggung jawab dan kurang suka mendapat bantuan dari orang lain, mencapai prestasi dengan sebaik-baiknya, memperhitungkan kemampuan diri dengan risiko yang sedang, ingin hasil yang konkrit dari usahanya, tidak senang membuang-buang waktu serta memilikiantisipasi yang berorientasi kedepan.


Sekian uraian yang dapat kami sampaikan.
Terima Kasih banyak telah mengunjungi Blog kami.

 
Share:

Selasa, 07 Juni 2016

Bongkar Kepribadian Seseorang Dari Fotonya di Jejaring Sosial


Siapa yang tidak suka berselfie atau foto bareng temen-temen,
lalu mengupload ke jejaring sosial? Pastinya kita semua sering melakukannya.
Kali ini kami akan membahas tentang Bagaimana kepribadian seseorang dari foto di jejaring sosial.
langsung saja kita simak berikut ini.

SOOPERBOY - Siapa saja tentu ingin menampilkan yang terbaik dari dirinya ketika memilih sebuah foto yang akan dijadikan profil untuk sosial media mereka. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan foto terbaik, termasuk memilih seperti apa pose atau suasana yang ingin Anda perlihatkan ke banyak pengikut Anda.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Pennsylvania membuktikan jika sebuah foto tak hanya sebatas memperlihatkan kecantikan atau ketampanan wajah seseorang. Ternyata foto profil seseorang juga mampu membongkar seperti apa sebenarnya kepribadian seseorang.
Para peneliti memakai sebuah software khusus untuk meneliti foto dari 66 ribu pengguna Twitter dan meminta 434 responden untuk mengisi survei psikologis. Dan hasil dari riset ini telah dipublikasikan dalam makalah berjudul 'Personality through Social Media Profile Picture Choice' yang menunjukkan bahwa ada lima kepribadian berdasarkan profil foto di sosial media. Yang manakah karakter Anda?
 
 

Suka foto dengan objek lain

Orang dengan tipe petualang adalah mereka yang tidak takut berpose unik. Biasanya mereka akan berpose bersama objek lain seperti sedang bermain gitar, dengan motor kesayangan atau dengan teman-teman. Sering juga terlihat menggunakan kacamata dalam profil fotonya atau dengan memajang foto selfie. Gambaran lainnya adalah mereka bisa juga menunjukkan foto yang tidak berwarna, terlihat marah atau sedih.
 
 

Tidak suka memperlihatkan wajah

Tipe neorotik atau yang bermasalah dengan kepribadian biasanya tidak suka menampilkan wajah mereka di profil foto media sosialnya. Mereka lebih memilih memajang gambar mobil, gedung atau binatang peliharaannya. Ketika mereka memperlihatkan wajah mereka di profil foto biasanya penampilan mereka akan terlihat datar. Menurut tim peneliti, mereka akan terlihat menyedihkan.
 
 

Foto dengan tampilan formal dan rapih

Kepribadian conscientious atau orang yang teliti biasanya terlihat dari foto yang rapi. Mereka tidak ingin penampilannya terlihat kurang sempurna dengan adanya satu rambut yang terlihat tidak rapi. Tipe seperti ini biasanya tampil dalam foto yang mengenakan busana 'cerdas' seperti kemeja atau blazer. Biasanya wajahnya terlihat lebih tua dibanding usianya.
 
 

Suka foto beramai-ramai

Sesuai dengan kepribadiannya, tipe orang yang ramah menunjukkan foto profil yang menyenangkan. Bisa sendiri juga bersama teman. Tampak pada foto tersebut lebih berwarna-warni dengan mimik wajah tersenyum lebar, tertawa atau tengah bermain. Tapi biasanya, tipe ini memiliki foto dengan kualitas yang kurang baik seperti blur, foto yang miring dan tidak fokus.


Foto ramai dengan ekspresi super riang

Mirip dengan tipe ramah, kepribadian terbuka juga menunjukkan foto berwarna dan keriangan. Mereka biasanya kerap berfoto bersama anak-anak muda. Namun menurut penelitian, biasanya foto mereka tidak memiliki nilai seni dan lebih buruk dibanding tipe ramah.

Nah itulah beberapa kepribadian berdasarkan foto dijejaring sosial.
Sekian dan terima kasih.
Salam Bimbingan dan Konseling.

Sumber: Sooperboy 
 
Share:

Bidang Pribadi Bimbingan dan Konseling (Contoh RPL BK)

 

BIMBINGAN PRIBADI

Merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam hal memecahkan masalah-masalah yang sangat kompleks dan bersifat rahasia/pribadi sekali misalnya, masalah keluarga, persahabatan, cita-cita, dan sebagainya.
Merupakan bimbingan yang diberikan pada individu dalam menghadapi pergumulan dalam batinnya sendiri, dalam mengatur diri, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, pengaturan nafsu seksual, dan sebagainya.
Misalnya pada siswa remaja, mereka berhadapan dengan aku-nya yang lain dari pada sebelumnya. Contoh peralihan dari perasaan sangat sedih menjadi sangat gembira, ingin meraih cita-cita tapi tidak mengetahui caranya.
Kemudian seorang mahasiswa yang berhadapan dengan aku-nya yang ditantang memikul tanggung jawab sebagai orang dewasa dan menghadapi realitas yang bertentangan dengan dirinya/keinginannya.
Klien, terutama para remaja pada umumnya malu untuk bertanya pada orang tua, atau pada orang dewasa lainnya, sedangkan bila bertanya pada teman sebaya juga tidak tahu.

Bimbingan menekankan bagaimana sikap dalam menghadapi masalah yang timbul
Bimbingan pribadi diberikan malalui bimbingan individual maupun kelompok.

Sebelum membahas tujuan bimbingan pribadi-sosial, maka terlebih dahulu akan dibahas mengenai tujuan bimbingan dan konseling itu sendiri yaitu sebagai berikut :

a)      Tujuan bimbingan dan konseling
Secara khusus layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek sosial, belajar, dan karier. Bimbingan pribadi sosial dimaksud untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri , dan bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.
1)      Dalam Aspek Tugas Perkembangan Pribadi – sosial. Dalam aspek tugas perkembangan pribadi-sosial, layanan bimbingan konseling membantu siswa agar:
  1. Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan
    mengenal kekhususan yang ada pada dirinya.
  2. Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan
    orang-orang yang mereka senangi.
  3. Membuat pilihan secara sehat.
  4. Mampu menghargai orang lain.
  5.  Memiliki rasa tanggung jawab.
  6.  Mengembangkan ketrampilan hubungan antar pribadi.
  7. Dapat menyelesaikan konflik.
  8. Dapat membuat keputusan secara efektif.
2)      Dalam Aspek Tugas Perkembangan Belajar, Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan bimbingan konseling membantu siswa agar:
  1. Dapat melaksanakan ketrampilan atau tehnik belajar secara
    efektif.
  2. Dapat menempatkan tujuan dan perencanaan pendidikan.
  3. Mampu belajar secara efektif.
  4. Memiliki ketrampilan dan kemampuan dalam menghadapi
    evaluasi atau ujian.
3)      Dalam Aspek Tugas Perkembangan karier, layanan bimbingan dan konseling ,membantu siswa agar:
  1. Mampu membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciriciri
    pekerjaan di dalam lingkungan kerja.
  2. Mampu merencanakan masa depan.
  3. Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah
    karir .
  4. Mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat

Share:

Senin, 06 Juni 2016

BK Komprehensif



Assalamualaikum Wr. Wb.
Kali ini kami akan membahas tentang BK komprehensif, apasih BK Konprehensif itu?
Mari kita simak bersama Ulasan Berikut ini.
Pengertian

Bimbingan dan Konseling sendiri adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya (Permendikbud,2014:111) . Sedangkan pengertian Komprehensif sendiri adalah dapat mencakup ranah yang luas atau dapat mencakup keseluruhan . Sehingga dapat di simpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Komprehensif adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya mencakup seluruh ranah kehidupannya .

Bimbingan dan Konseling Komprehensif memiliki 5 premis dasar yang menegaskan istilah Comprehensive Guidance and Counseling Menurut Gysbers & Henderson (Fathur Rahman, 2009: 2) yaitu adalah :
1. Tujuan bimbingan dan konseling bersifat kompatibel dengan tujuan pendidikan. Di setiap proses pembelajaran     dijenjang pendidikan pastinya memiliki standar kompetensi atau kemampuan tertentu. Sehingga dalam               pemberian layanan BK akan dipusatkan pada upaya untuk mencapai standar kompetensi tersebut.
2. Program Bimbingan dan konseling bersifat pengembangan, walaupun cakupan masalah pemberian layanannya     luas, tetapi pada hakikatnya lebih difokuskan untuk memfasilitasi tumbuh kembangnya peserta didik serta           mandiri.
3. Program bimbingan dan konseling ini melibatkan seluruh komponen atau personel yang ada di sekolah
4. Program bimbingan dan konseling ini telah dikembangkan melalui proses yang sistematis yang terdiri dari          perencanaan, desain, implementasi, evaluasi dan follow up. Agar diharapkan dengan adanya perencanaan          yang lebih awal ini dapat mengetahu kelemahannya sehingga dapat dibenahi ke lebik baik.
5. Program bimbingan dan konseling ditopang oleh kepemimpinan yang kokoh. Faktor pemimpin disini ialah yang    mampu mengkoordinasi dengan masing-masing anggotanya dan diutamakan dari guru BK yang berkompeten      dan bersertifikat.

Ada 4 layanan penting didalamnya yaitu :
1. Pelayanan dasar bimbingan
2. Pelayanan Responsif
3. Perencanaan Individual
4. Dukungan Sistem
Share:

Sabtu, 04 Juni 2016

Inilah 9 Penyakit Mental BERBAHAYA Yang Timbul Akibat Media Sosial!

Sekarang kita bakal membahas tentang sosial media, dimana hampir seluruh populasi di muka bumi ini mempunyai yang namanya akun sosial media
 
Social media alias media sosial memang memiliki pengaruh besar pada hidup kita. Bahkan, saat ini kita tidak bisa lepas dari yang namanya media sosial. Akun media sosial seolah telah menjadi identitas kedua bagi para penggunanya. Banyak manfaat yang bisa diambil dari perkembangan media sosial. Namun, ternyata ada juga loh dampak buruk yang dapat ditimbulkan. Inilah 9 Penyakit Mental Berbahaya Yang Timbul Akibat Media Sosial!!! cekibrot
Share:

Bingung Memilih antara SMU atau SMK ?





Mau pilih yang mana ya, bingung nih kebanyakan brosur!  Kalimat yang dilontarkan oleh siswa SMP ucapkan usai Ujian Nasional karena banyaknya brosur yang mereka dapat, belum lagi jika kemauan orang tua dengan kamu berbeda. Pasti kalian akan bingung atau bahasa sekarangnya "galau". Tidak usah bingung apalagi galau akan ke mana setelah lulus SMP, yuk kita simak yang satu ini..

Share:

Recent Posts

Visitors

Penulis Blog