Assalamualaikum Wr. Wb.
Kali ini One Stop Info akan berbagi pengetahuan tentang Pendekatan Konseling Behavioral. Nah, langsung saja kita simak bersama ya...
PENDEKATAN BEHAVIORAL
A. Nama Pendekatan
Nama pendekatan dalam konseling ini adalah pendekatan Behavioral. Pendekatan Behavioral merupakan pendekatan klinis
yang dapat digunakan untuk menangani bermacam-macam gangguan, dalam
bermacam-macam setting khusus, dan dengan bermacam-macam kelompok populasi.
B. Sejarah Perkembangan
Pendekatan behavior dikembangkan sejak tahun 1950-an dan 1960-an. Pendekatan
behavior memisahkan diri dari pendekatan psikoanalisis yang berlaku pada saat
itu. Terapi behavior berbeda dari
konseling lain karena menggunakan classical conditioning dan
operant conditioning terhadap penanganan berbagai perilaku bermasalah.
Konseling behavior bangkit secara serentak di AS, Afsel, dan Inggris tahun
1950-an. Konseling Behavioral terus berkembang meskipun banyak kecaman
dari konseling tradisonal (Psikoanalitik). Pada tahun1960-an Albert Bandura
mengembangkan teori belajar sosial (social learning theory) yang
menggabungkan classic conditioning dan operant conditioning
dengan belajar. Bandura menfokuskan
pada terapi kognitif dalam konseling behavioral. 1970-an konseling
behavior muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi dan memiliki pengaruh
yang berarti dalam pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan kerja
sosial. Teknik-teknik behavioral dikembangkan dan diperluas juga diaplikasikan pada bidang-bidang bisnis,
industry, dan pengasuhan anak. Tahun 1980-an merupakan pengembangan
cakrawala baru dalam konsep dan metode yang bergerak jauh di luar teori belajar
tradisonal. Adanya perhatian yang meningkat terhadap peran emosi dalam
perubahan terapeutik dan peran factor-faktor biologis dalam gangguan psikologis.
Perkembangan yang menonjol adalah timbulnya konseling kognitif behavior
(cognitive- behavior Therapy/counseling) secara berkelanjutan sebagai
kekuatan dan aplikasi teknik-teknik behavioral terhadap pencegahan dan
penanganan gangguan medis. Tahun 1990, assosiasi pengembangan terapi
behavior mengklaim dirinya memiliki 4300 anggota. Ada 50 jurnal dan memiliki
cabang di seluruh dunia. Konseling behavior saat ini memiliki empat
bidang pokok perkembangan: classical conditioning, operant conditioning,
social learning theory, dan cognitive-behavior therapy.
C. Hakikat Manusia
Hakikat
manusia dalam pandangan para behavioris adalah pasif dan
mekanistis, manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan
diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang membentuknya.
Manusia
memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya, dan
interaksi ini menghasilkan pola - pola perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian. Perilaku seseorang di tentukan oleh macam dan banyaknya penguatan
yang diterima dalam situasi hidupnya. Jadi kesimpulannya teori behavior ini
berangapan bahwa perilaku manusia adalah efek dari lingkungan, pengaruh yang
paling kuat itulah yang akan membentuk diri individu.
Beberapa konsep
tentang sifat dasar manusia :
1. Tingkah laku manusia diperoleh dari
belajar dan proses terbentuknya kepribadian adalah dari
proses pemasakan dan
proses belajar.
2. Kepribadian manusia berkembang
bersama-sama dengan interaksinya dengan lingkungan
3. Setiap orang lahir dengan membawa kebutuhan
bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan
dipelajari dari interaksi dengan
lingkungan.
4. Manusia tidak lahir baik atau jahat,
tetapi netral. Bagaimana kepribadian seseorang
dikembangakan tergantung
interaksi dengan lingkungan.
5. Manusia mempunyai tugas untuk
berkembang. Dan semua tugas perkembangan adalah tugas yang
harus diselesaikan
dengan belajar.
D. Perkembangan Perilaku
1.
Struktur
Kepribadian
Kaum behavioris tidak
menjelaskan struktur kepribadian seperti pada aliran lain seperti psikoanalis,
tetapi menurut teori kepribadian behavioristik bahwa kepribadian manusia adalah
perilaku organisme itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kerpribadian manusia
dapat di ketahui melalui tingkah laku yang tampak dan diamati (observable
behavior).Selain itu ada pandangan dualiasme yang berkembang dalam
pendekatan behavior bahwa manusia memiliki jiwa, raga, mental, fisik, sikap,
perilaku dan sebagainya. Seperti yang dijabarkan dibawah ini:
a. Lingkungan dan
pengalaman menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang dibentuk.
b. Dualisme, seperti
jiwa-raga, raga-semangat, raga-pikiran bukan merupakan validitas keilmuan
pada
pembentukan, prediksi dan control dari perilaku manusia.
c. Walaupun pembentukan
kepribadian memiliki batasan genetis namun efek dari lingkungan dan
stimulus
dari dalam memiliki pengaruh dominan.
d. Dalam membentuk sebuah
teori dari kepribadian prediksi dan control dan perilaku merupakan hal
terpenting. Tidak ada yang lebih penting selain kebebasan dalam penentuan
respon.
e. Semua perilaku dapat
dipisah menjadi operant respondent yaitu individual respon yang berbeda
dalam
pengaruh control dari stimulus lingkungan.
2.
Pribadi
Sehat dan Bermasalah
a.
Pribadi
Sehat
1) Dapat merespon stimulus yang ada di
lingkungan secara cepat.
2) Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam
tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
3) Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi
atas tingkah laku atau bertingkah laku dengan tidak
mengecewakan diri dan
lingkungan.
4) Dapat mengambil keputusan yang
tepat atas konflik yang dihadapi.
5) Mempunyai self control yang
memadai
b.
Pribadi
Bermasalah
1)
Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
2)
Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan
yang salah.
3)
Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi
lingkungan
dengan tepat.
4)
Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan
lingkungannya
5)
Tingkah laku yang tidak wajar menurut standard nilai, yang
kemudian menimbulkan konflik
dengan lingkungan
E. Hakikat Konseling
Hakikat konseling
menurut Behavioral adalah proses membantu orang dalam situasi kelompok belajar
bagaimana menyelesaikan masalah-masalah interpersonal, emosional, dan
pengambilan keputusan dalam mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk
mempelajari tingkah laku baru yang sesuai.
Konseling dilakukan
dengan menggunakan prosedur tertentu dan sistematis yang disengaja secara
khusus untuk mengubah perilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara
bersama-sama konselor dan konseli. Prosedur konseling dalam pendekatan behavior
adalah ; penyusunan kontrak, asesmen, penyusunan tujuan, implementasi strategi,
dan eveluasi perilaku. Dengan prosedur tersebut konseling/terapi behavior
berorientasi pada pengubahan tingkah laku yang maladaptif menjadi adaptif.
F. Kondisi Pengubahan
1.
Tujuan
Tujuan terapi behavioral adalah untuk membantu klien
memperoleh perilaku baru,
mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat
serta mempertahankan perilaku
yang adaptif.
2.
Sikap,
Peran, dan Tugas Konselor
Konselor dalam behavior therapy secara
umum berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa
tingkah laku yang tidak tepat dan
mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor
secara khusus
diantaranya :
a. Merumuskan masalah yang dialami klien
dan menetapkan apakah konselor dapat
membantu pemecahannya atau tidak
b. Konselor memegang sebagian besar
tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya
tentang teknik-teknik yang
digunakan dalam konseling.
c. Konselor mengontrol proses konseling dan
bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
d. Mengevaluasi keberhasilan perencanaan
perubahan dengan mengukur kemajuan
terhadap
tujuan selama durasi perencanaan dan penanganan.
e. Melakukan penilaian tindak lanjut
3.
Sikap,
Peran, dan Tugas Konseli
Dalam konseling behavioral konseli dan konselor aktif
terlibat di dalamnya. Konseli secara aktif terlibat dalam pemilihan dan
penentuan tujuan serta memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama
dalam melaksanakan kegiatan konseling. Peran penting konseli dalam konseling
adalah konseli didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru yang
bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya serta dapat
menerapkan perilaku tersebut dalah kehidupan sehari-hari.
4.
Situasi
Hubungan
Dalam terapi behavioral, hubungan antara terapis dan klien dapat memberikan
kontribusi penting bagi perubahan perilaku klien. Hubungan terapis sebagai
fasilitator terjadinya perubahan. Sikap konselor seperti empati, permisif,
acceptance dianggap sebagai hal yang harus ada, namun tidak cukup untuk bisa
menciptakan perubahan perilaku. Masalah ada pada bukan pentingnya hubungan
namun peranan hubungan sebagai landasan strategi konseling untuk membantu klien
berubah sesuai dengan arah yang dikehendaki.
G. Mekanisme Pengubahan
1.
Tahap-Tahap
Konseling
a.
Assessment (Penilaian
Fungsional)
Tahap untuk
mendapatkan informasi yang akan menggambarkan masalah yang dihadapi,
sekaligus
akan menjadi pedoman dalam menyusun strategi pemberian bantuan.
Informasi
informasi yang dimaksud dapat berupa aktifitas nyata, perasaan,
nilai-nilai, dan pikiran klien.
Kanfer dan Saslow (1969) memberikan gambaran
tentang kelayakan informasi yang semestinya
dapat digali pada tahap ini adalah
berkenaan dengan :
1)
Analisis
tingkah laku khusus yang bermasalah
2)
Analisis
Situasi yang didalamnya masalah klien terjadi
3)
Analisis
motivasional yang berkenaan dengan hal-hal yang menarik dalam kehidupan klien
4)
Analisis
self-control berkenaan dengan tingkatan kontrol diri klien terhadap tingkah
laku
bermasalah
5)
Analisis
hubungan sosial berkenaan dengan orang-orang lain yang terkait dekat dengan
klien
6)
Analisis
lingkungan fisik-sosial-budaya berkenaan dengan norma-norma dan
keterbatasan
keterbatasan lingkungan.
b.
Goal Setting (Menetapkan
Tujuan)
Penyusunan
tujuan konseling berdasarkan informasi-informasi sebagaimana tersebut diatas.
Penyusunan ini dapat dilakukan melalui tiga tahap (Burk dan Engelkes) yaitu :
1)
Membantu
klien untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan.
2)
Memperhatikan
tujuan klien berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan
belajar yang dapat diterima dan diukur
3)
Memecahkan
tujuan kedalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi tujuan menjadi tujuan
yang berurutan.
c.
Technique
Implementation (Implementasi Teknik)
Penentuan strategi belajar yang terbaik untuk membantu
klien mencapai tujuan perubahan
tingkah laku yang diinginkannya. Muara
konseling adalah membantu klien dalam
mempelajari strategi-strategi efektif
yang akan digunakannya dalam upaya perubahan tingkah
laku.
d.
Evaluation-Termination
(Evaluasi dan Pengakhiran)
yaitu evaluasi terhadap tingkah laku klien,
efektifitas konselor, efektifitas teknik, dan
keberhasilan konseling, serta
balikan yang dapat dilaksanakan.
2.
Teknik-Teknik
Konseling
a.
Desensitisasi
sistematis
Teknik
spesifik ynag digunakan untuk menghilangkan kecemasan dengan kondisi rileks
saat
berhadapan dengan situasi yang menimbulkan kecemasan yang bertambah secara
bertahap
b.
Teknik
Relaksasi
Teknik yang
digunakan untuk membantu konseli mengurangi ketegangan fisik dan mental
dengan
latihan pelemasan otot-ototnya dan pembayangan situasi yang menyenangkan saat
pelemasan otot-ototnya sehingga tercapai kondisi rilek baik fisik dan mentalnya
c.
Teknik
Flooding
Teknik yang
digunakan konselor untuk membantu konseli mengatasi kecemasan dan
ketakutan
terhadap sesuatu hal dengan cara menghadapkan konseli tersebut dengan siuasi
yang menimbulkan kecemasan tersebut secara berulang-ulang sehingga berkurang
kecamasannya terhadap situasi tersebut
d. Reinforcement
Technique
Teknik yang
digunakan konselor untuk membantu meningkatkan perilaku yang dikehendaki
dengan
cara memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut
e. Modelling
Teknik untuk
memfasilitasi perubahan tingkahlaku konseli dengan menggunakan model.
f. Cognitive restructuring
Teknik yang
menekankan pengubahan pola pikiran, penalaran, sikap konseli yang tidak
rasional menjadi rasional dan logis
g. Assertive
Training
Teknik
membantu konseli mengekspresikan perasaan dan pikiran yang ditekan terhadap
orang
lain secara lugas tanpa agresif
h. Self
Management
Teknik yang
dirancang untuk membantu konseli mengendalikan dan mengubah perilaku
sendiri
melalui pantau diri, kendali diri, dan ganjar diri
i. Behavioral Rehearsal
Teknik
penggunaan pengulangan atau latihan dengan tujuan agar konseli belajar
ketrampilan
antarpribadi yang efektif atau perilaku yang layak
j.
Kontrak
Suatu
kesepakatan tertulis atau lisan antara konselor dan konseli sebagai teknik
untuk
memfasilitasi pencapaian tujuan konseling. Teknik ini memberikan batasan,
motivasi, insentif
bagi pelaksanaan kontrak, dan tugas-tugas yang ditetapkan
bagi konseli untuk dilaksanakan
antar pertemuan konseli.
k.
Pekerjaan
Rumah
Teknik yang
digunakan dengan cara memberikan tugas / aktivitas yang dirancang agar
dilakukan konseli antara pertemuan konseling seperti mencoba perilaku baru,
meniru perilaku
tertentu, atau membaca bahan bacaan yang relevan dengan maslah
yang dihadapinya.
l. Role Playing
Teknik yang
digunakan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan yang diharapkandengan permainan peran. Konseli memerankan perilaku tertentu yang ingin dikuasainya
sehingga dapat tujuan yang diharapkan
m. Extinction (Penghapusan)
Extinction
(Penghapusan) adalah menghentikan reinforcement pada tingkah laku yang
sebelumnya diberi reinforcement.
n.
Satiation (Penjenuhan)
Penjenuhan (satiation)
adalah membuat diri jenuh terhadap suatu tingkah laku, sehingga tidak
lagi
bersedia untuk melakukannya.
o.
Punishment (Hukuman)
Hukuman (Punishment) merupakan intervensi operant-conditioning yang digunakan
konselor
untuk mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan.
p.
Time-out
Time-out merupakan
teknik menyisihkan peluang individu untuk mendapatkan penguatan
positif.
q.
Terapi
Aversi
Terpai aversi merupakan teknik yang bertujuan untuk
meredakan gangguan-gangguan
behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian
tingkah laku simtomatik dengan suatu
stimulus yang menyakitkan sampai tingkah
laku yang tidak diinginkan terhambat
kemunculannya.
H. Hasil-Hasil Penelitian
Teknik behavior banyak di gunakan dalam berbagai
penelitian karena dapat diaplikasikan dalam
berbagai setting kehidupan. Berikut
beberapa aplikasi pendekatan behavioral :
1.
Aplikasi
behavior therapy di lingkungan keluarga
a.
Latihan
perilaku orang tua ( behavioral parent training )
Behavioral
parent training menunjukkan pada pelatihan keterampilan orang tua.
Terapis
membantu sebagai pendidik belajar sosial yang mempunyai tanggung
jawab untuk merubah
respon orang tua terhadap anak-anaknya. Berubahnya respon
orang tua, akan membuat
perilaku anak pun berubah. Tipe ini menggunakan metode
verbal dan perbuatan. Di dalam
metode verbal mengandung intuksi verbal maupun
tertulis. Tujuannya untuk mempengaruhi
pikiran. Sedangkan metode perbuatan
menggunakan teknik bermain peran ( role playing ),
modelling dan latihan
tingkah laku yang baik. Fokus utama pada perbaikan interaksi antara
orang tua
dan anak yang mengalami masalah.
b.
Terapi
pernikahan / suami istri ( mariage/ couples therapies and education )
Empat komponen
utama dalam terapi pernikahan/ suami istri yaitu :
1)
Analisis
perilaku dalam masalah suami istri
Analisis ini
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh terapis terhadap pasangan,
jawaban-jawaban dari angket yang diberikan, dan pengamatan terhadap perilaku
keluarga.
2)
Pelatihan
keterampilan berkomunikasi
Pasangan
belajar menggunakan kata ‘saya’ dalam kalimat untuk mengekspresikan
perasaan-perasaan mereka. Mereka belajar tentang masalah masalah “here and now
“ yang
mereka miliki, dan kemudian merenungkan hal-hal pada masa lalu.
Selanjutnya mereka
mulai menggambarkan perilaku suami/istri dengan spesifik. Di
akhir latihan, pasangan
dapat memberikan feedback positif terhadap perilaku
pasangan.
3)
Latihan
memecahkan masalah
Komponen ini
melengkapi pasangan dengan keterampilan memecahkan masalah, seperti
menyebutkan
( secara jelas ) apa yang mereka inginkan, Kemudian merundingkannya
dengan
pasangan, serta membuat kesepakatan.
4)
Treatment
pada Disfungsi seksual ( treatment of sexual disfunctioning)
Digunakan
untuk membantu pasangan suami istri yang mengalami gangguan pada
hubungan seks
mereka, yang kemudian menjadi masalah pasangan. Seperti ejakulasi
dini.Treatment yang diberikan mengandung pengurangan kecemasan terhadap
penampilan
mereka, pendidikan seks yang mengandung teknik-teknik dalam hubungan
suami istri,
latihan keterampilan dalam berkomunikasi, perubahan sikap.
c.
Terapi
fungsi keluarga ( functional family therapy )
Dalam
functional family therapy, pertolongan diberikan apabila hubungan interpersonal
antar
anggota keluarga dalam keadaan :
1)
Contact/
Closeness ( Merging )
2)
Anggota
keluarga sama-sama bersaing di dalam keluarga.
3)
Distance/
Independence ( Separating )
4)
Anggota
keluarga saling memisahkan diri, ada jarak diantara mereka.
Pendekatan behavioral ini dapat juga diaplikasikan
menuju proses pembelajaran. diantaranya
sebagai berikut :
a. Bahan yang
dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
b.
Hasil
belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika
benar
diperkuat.
c. Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
d. Materi pelajaran digunakan sistem
modul.
e. Tes lebih
ditekankan untuk kepentingan diagnostik.
f. Dalam proses
pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
g. Dalam proses pembelajaran tidak
dikenakan hukuman.
h.
Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
i. Tingkah laku
yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
j. Hadiah
diberikan kadang-kadang (jika perlu).
I. Kelemahan dan Kelebihan
1.
Kelemahan
Kelemahan
atau keterbatasan kelompok behavioral:
a.
Anggota
kelompok lebih tergantung pada dukungan dan dorongan kelompok
b.
Beberapa metodenya
dipraktekkan secara kaku. Begitu menekankan pada teknik-teknik
dan tidak
memadai bagi individu-individu.
c.
Kecenderungan
mengabaikan masa lalu dan ketidaksadaran. Sejarah awal banyak
mempengaruhi
masyarakat, sementara itu kelompok behavioral tidak
mempertimbangkannya.
d.
Kurang fokus
pada isu-isu besar kehidupan. Kelompok behavioral lebih konsentrasi pada
kejadian nyata atau keterampilan dalam kehidupan anggota alih-alih kehidupan
anggota
secara keseluruhan.
e.
Terkonsentrasi
pada perilaku yang tampak, apakah terbuka atau tertutup. Kelompok
behavior
tidak mengkonsentrasikan pada perasaan (feeling), tapi lebih pada dinamika
dibelakangnya.
2.
Kelebihan
a.
Mengembangkan
konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan menerapkan
ilmu
pengetahuan kepada proses koseling.
b.
Mengembangkan
perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur.
c.
Penekanan
bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan
pada
perilaku yang terjadi dimasa datang.
0 komentar:
Posting Komentar